2014, porsi pembangkit gunakan BBM turun
Nanang Wijayanto
Jum'at, 7 Juni 2013 − 15:41 WIB
Ilustrasi
Sindonews.com - Pemerintah manargetkan porsi pembangkit listrik dengan bahan bakar minyak (BBM) pada 2014 sebesar 9,7 persen, menurun dibandingkan tahun ini sebesar 10,8 persen.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jarman mengatakan bahwa pemerintah berkomitmen menurunakan porsi penggunaan BBM untuk pembangkit listrik turun dari tahun ke tahun. Hal itu telah dibahas dalam asumsi rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 oleh pemerintah dan DPR.
"Konsumsi BBM tahun depan harus di bawah sepuluh persen," kata Jarman di Jakarta, Jumat (7/6/2013).
Menurut Jarman, jika konsumsi BBM untuk pembangkit listrik tidak dikendalikan, maka biayanya akan semakin tinggi. Selain biaya BBM yang mahal dan menggerus anggaran, alasan lainnya karena cadangan minyak bumi dalam bauran energi nasional semakin menipis, sehingga harus beralih ke energi lain, seperti batu bara dan energi baru terbarukan.
"Porsinya akan terus ditingkatkan, utamanya batu bara," katanya.
Jarman optimistis, persentase penggunaan batu bara untuk pembangkit akan lebih besar. Pasalnya, saat ini program percepatan 10.000 megawatt (MW) telah menelurkan banyak pembangkit menggunakan batu bara (PLTU).
"Saat ini, batu bara tumpuan bahan bakar pembangkit tahun depan. Tapi pemerintah juga memacu sumber listrik lain, seperti gas bumi, panas bumi, serta energi baru terbarukan lain, hydro dan biodiesel," ungkap dia.
Pemerintah berasumsi, porsi bauran energi untuk pembangkit listrik batu bara tahun depan 57,24 persen. Porsi itu lebih besar dibandingkan rancangan APBN-Perubahan (APBN-P) 2013 sebesar 55,15 persen. Sedangkan untuk porsi BBM tahun ini diperkirakan 38,98 persen dari total pembiayaan bahan bakar pembangkit listrik. Pada RAPBN-P 2014, porsi tersebut diperkirakan turun 35,10 persen.
(
rna)