Metrotvnews.com, Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia periode April 2013 mengalami defisit sebesar US$ 1,62 miliar dengan rincian nilai ekspor sebesar US$ 14,7 miliar dan impor US$ 16,31 miliar. Sedangkan secara kumulatif, sepanjang Januari-April 2013 neraca perdagangan defisit US$ 1,85 miliar.
Ketika menggelar konferensi pers di kantor BPS di Jakarta, Senin (3/6), Kepala BPS Suryamin menjelaskan bahwa defisit April 2013 ini terjadi karena masih terjadinya krisis global yang mempengaruhi nilai ekpsor Indonesia.
"Mungkin faktor lainnya adalah pelemahan nilai dolar, beberapa negara masih belum pulih perekonomiannya sehingga masih ragu untuk membeli barang-barang kita, sebagian besar juga masih menurunkan permintaannya. Yang jelas volume meningkat namun harga mengalami pelemahan," jelas Suryamin ketika dikonfirmasi.
BPS juga melihat defisit dari sektor perkembangan ekspor impor yakni defisit migas sebesar US$ 1,2 miliar yang termasuk hasil minyak defisit US$ 1,6 miliar, minyak mentah defisit US$ 687,1 juta dan sektor gas surplus US$ 1,16 miliar.
"Tetapi non migas terjadi defisit US$ 407,4 juta. Padahal periode sebelumnya tidak," sambung Suryamin.
Sedangkan beberapa harga komoditas yang turun meliputi sektor non-migas dan bahan mentah, sektor tambang serta perkebunan. Suryamin menyoroti fakta bahwa permintaan beberapa komoditas nonmigas mengalami kenaikan mulai dari lemak minyak hewan, karet, mesin, pakaian jadi serta ikan dan olahannya.
Dengan paparan tersebut, BPS juga merekomendasikan kepada pemerintah supaya tetap menjaga volume ekspor, meskipun harga mengalami penurunan.
"Memang ada penurunan nilai di komoditi ekspor, tapi volumenya meningkat. Itu informasi yang baik untuk pemerintah, komoditi yang volumenya meningkat harus dijaga untuk menjaga pangsa pasar, mudah-mudahan ke depan harga komoditinya meningkat," tutupnya.
Editor: